Selasa, 23 Februari 2010

HYPOTERMIA

APAKAH HYPOTERMIA ITU ?!

“Hipothermia adalah gangguan medis yang terjadi didalam tubuh dimana terjadi penurunan temperatur tubuh secara tidak wajar disebabkan tubuh tidak mampu lagi memproduksi panas untuk mengimbangi dan menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat karena buasnya tekanan buruk dari luar, yaitu udara dingin disertai angin, juga hujan, dan ketidak-pedulian dari Subyek itu sendiri yang makin memperparah keadaan, yaitu memakai pakaian basah, tubuh lelah dan lapar, serta seluruh tubuh terutama kepala tidak terlindung dari terpaan angin dingin. Situasi tersebut menjadikan temperatur tubuh turun dengan cepat dari 37°C (temperature normal) secara keseluruhan turun hingga dibawah 35°C.
Selanjutnya kematian bisa terjadi bila temperatur tubuh terus semakin turun drastis hingga dibawah 30°C. Jangan pernah mempersalahkan kondisi cuaca yang ekstrim, penyebab dan pemicu datangnya Hipothermia di Gunung bukanlah semata karena udara dingin, disertai datangnya hujan dan badai, tetapi tak lain karena sikap mental dan perilaku dari si pendaki itu sendiri yang mengundang agar dirinya terserang hipothermia, selanjutnya ketidak tahuan atau tidak memperdulikan ancaman hipothermia saat bertualang di gunung hanya akan manghadapkan seseorang dengan sebuah masalah serius, yaitu kematian.
Hipothermia sangat mungkin sekali untuk dihindari apabila betul-betul dipahami, tetapi tak jarang para pemula kegiatan alam bebas menganggap remeh dan tidak peduli dengannya hingga saat hypothermia mulai menyerang , mereka tidak mengerti harus berbuat apa, bahkan pada tahap lanjut hipothermia dimana penderita berperilaku aneh, teman-temannya mengira kesurupan. Satu hal yang perlu dipahami bahwa hipothermia bisa menyerang dimana saja, tidak harus digunung, didataran rendah, di laut, kolam renang, ataupun di sungai saat ber-arung jeram.Mangsa HipothermiaDi dunia operasi ESAR, banyak kasus para pendaki gunung yang tersesat di gunung berakhir kisah hidupnya karena terserang hypothermia (tidak disadari). Sejak awal tersesat biasanya mereka sudah melakukan tindakan fatal yang akan makin memperburuk situasi mereka (seperti: bergerak dengan cepat yang karena panik lalu menjadi lincah melebihi pergerakan normal. Manuver ini jelas menguras sebagian besar dari energi yang tersisa). Dari beberapa kasus orang tersesat digunung, dalam pergerakannya mencari jalan keluar cenderung memilih bergerak mengikuti aliran sungai dengan pertimbangan sungai pasti sampai ke desa, selain itu kemungkinan besar bisa memperoleh air dengan cepat apabila haus. Tidak sedikit survivor terpeleset jatuh kedalam sungai, atau dengan sengaja mereka memilih berjalan didasar sungai karena tepi sungai lebat dan tidak bisa dilalui, sementara mereka takut bila menjauh dari sungai akan makin tersesat, sehingga keputusan terbaik (yang beresiko paling tinggi) dari semua pilihan yang tidak diinginkan adalah tetap mengikuti aliran sungai dengan berjalan didasar sungai (umumnya sungai-sungai digunung berisi batu-batu tua berlumut dan pasir, kecuali saat hujan deras baru mungkin air akan menggerojog dahsyat). Yang ada dalam pikiran survivor hanyalah sesegera mungkin menemukan tanda-tanda yang bisa membawanya bertemu dengan orang, atau peradaban keseharian. Dan dalam pencariannya ini pergerakan survivor menjadi semakin jauh tanpa arah yang jelas, berteriak-teriak, meninggalkan sebagian atau seluruh perlengkapannya dengan maksud agar pergerakan mencari jalan keluar dari ketersesatannya itu menjadi lancar tidak terhambat oleh beban ransel dipunggung. Ditengah kebingungan di belantara asing itu kabut mulai turun, bahkan disertai hujan (jangan selalu berprasangka bahwa musim kemarau digunung, cuaca akan selalu bersahabat dan sesuai dengan ramalan-ramalan kita yang tak berdasar sehingga kita akan kaget begitu dihantam hujan, lalu badai). Dengan sisa tenaga dan pakaian yang mulai basah oleh keringat, juga hujan, mungkin saja survivor memilih untuk segera mencari tempat berlindung atau melanjutkan pergerakan karena sudah kepalang basah. Bergerak ditengah hujan kabut hanyalah sebuah tindakan bunuh diri sementara rain coat, atau ponco dan jacket di tinggalkan entah dimana. Berteduh dari kabut atau hujan (diam dan tidak bergerak) semakin membuat tubuh menggigil kedinginan, hingga umumnya survivor tetap memilih bergerak. Tanpa disadari energi terus terkuras hingga tubuh menjadi lemah dan limbung. Selanjutnya ditengah keterasingan itu hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Penting bagi pendaki gunung, pecinta alam atau penggemar kegiatan alam bebas memahami cara kerja pembunuh tersebut, agar dalam situasi tersesat atau tertimpa suatu masalah saat berada di alam bebas tidak bertindak gegabah.Pada situasi seperti apa orang akan terkena hipothermiaTelah sedikit disinggung diawal tulisan bahwa hipothermia adalah kondisi medis yang terjadi didalam tubuh dimana panas tubuh berangsur-angsur hilang, diikuti keseluruhan temperatur tubuh “”ngedrop”" atau turun secara drastis, dan tanpa ada upaya yang berarti dari dalam dan luar tubuh untuk memproduksi panas, maka temperatur akan semakin turun hingga dibawah 30° Celcius, atau dengan kata lain mendekati pintu kubur? Secara umum, buruknya penyekat (pakaian yang dikenakan) untuk menahan dingin dan angin, memakai pakaian basah, tercebur kedalam air (bisa jadi tercebur kedalam air hangat dalam waktu yang lama), kondisi tubuh yang lelah didalam cuaca dingin berangin, semua itu merupakan faktor pemicu hipothermia. Dalam situasi seperti inilah tanpa disadari bencana hipothermia bisa menghabisi seseorang yang sama sekali tidak memahami apa yang sedang terjadi terhadap dirinya.

Kenali hipothermia dan tanda-tandanya
Secara umum dikenal 3 tahap hipothermia, yaitu: Mild Hypothermia (hipothermia ringan), Moderate Hypothermia (hipothermia sedang), dan Severe Hypothermia (hipothermia berat).
Mild Hypothermia (temperatur tubuh drop dari 37° hingga 35°C).
Penderita mulai menggigil saat temperatur tubuhnya turun hingga 36°C (menggigil adalah usaha alamiah tubuh untuk menghasilkan panas, dan menjaga agar temperatur bagian dalam tubuh tetap stabil).
Apabila temperatur tubuh terus turun hingga dibawah 36°C, penderita merasa lelah dan dingin.
Cara berpikirnya mulai terlihat kacau dan pertimbangannya tidak logis, tidak bisa mengambil keputusan dengan benar, dan mulai berperilaku aneh diluar kebiasaan normal, serta keras kepala (hanya bertindak atas kemauan sendiri).
Gerakan tangan, kaki, dan anggota badan lainnya mulai cenderung tidak terkoordinasi dengan otak (misal; mulai sering tersandung sesuatu saat berjalan, menyampar botol minum, menginjak kompor, bahkan kesulitan untuk mengancingkan jacket).
Penderita masih terlihat bernafas secara normal namun terus menggigil dan gemetar.
Apabila penderita Mild Hypothermia tidak segera ditangani, dan itu dianggap sesuatu yang wajar saja, maka temperature tubuh semakin turun.

Moderate Hypothermia (temperatur tubuh turun dari 35° hingga 32°C),
ditandai dengan kulit ditubuhnya terlihat memucat, otot-otot menjadi kaku dan sulit menggerakkan jari tangan (koordinasi tubuh terganggu).
Jari tangan dan kaki mati rasa.
Menggigil hebat, lalu sama sekali berhenti menggigil (cadangan energy di dalam tubuh sudah habis di pergunakan untuk menggigil – bukan berarti penderita tidak lagi kedinginan)
Penderita sudah tidak mampu berpikir atau mengingat-ingat sesuatu (menjadi pelupa), dan terlihat tidak mampu merespon dengan baik, bicaranya gagap dan terlihat sulit melontarkan kata-kata.
Beberapa area tertentu pada tubuh yang biasanya selalu hangat menjadi dingin (Samping Leher, Ketiak, kunci paha).
Gerakan semakin lamban, kondisi tubuh kian lemah, dan seperti orang yang mengantuk berat.
Selanjutnya dibawah temperature 32°C semua proses metabolisme tubuh termasuk napas, degub jantung, dan fungsi otak semakin melemah.

Severe Hypothermia (temperatur tubuh terus turun dari 32° hingga 28°C),
ditandai dengan penderita mulai sering hilang kesadaran, Perilakunya tidak rasional.
Kulit terlihat membiru, napas dan denyut nadi melemah.
Pupil mata membuka lebar, penderita terlihat seperti sudah meninggal.

Kematian (temperatur tubuh terus turun dari 28° hingga 25°C).
Dibawah temperatur 28° penderita tidak sadarkan diri dan terjadi henti jantung. Kematian terjadi sebelum temperatur mencapai 25°C.
Berapa lama seseorang dapat bertahan hidup dari serangan hipothermia?
(sejak Mild Hypothermia hingga Severe Hypothermia) Sangat tergantung dari berbagai faktor yang mendukung untuk terus dapat bertahan hidup, atau berbagai faktor yang membuat situasi semakin memburuk. Kematian karena hipothermia bisa terjadi dibawah 24 jam.
(Catatan: Mild Hypothermia berpotensi menjadi bencana apabila penderita adalah “”team leader”" dalam sebuah perjalanan pendakian gunung atau misi operasi ESAR dimana dia harus mengambil keputusan, sementara anggota tim tidak paham bahwa ketua tim nya terserang hipothermia).
Dari pengalaman penulis di alam bebas, menangani seorang tim leader, atau seorang senior yang kebetulan terserang hipothermia bukanlah pekerjaan mudah, karena cenderung keras kepala, merasa dirinya paling tahu, dan kelihatan kalau egonya tidak mengijinkan orang lain memperlakukan dia sebagai seseorang yang memerlukan pertolongan. Selain membahayakan diri sendiri, sikap keras kepala membahayakan tim.
Sebaiknya diskusikan kemungkinan serangan hipothermia terhadap tim (semua personil tim tanpa kecuali) saat briefing pemberangkatan (pendakian gunung, operasi ESAR) untuk meminimalisir sikap keras kepala apabila salah seorang personil dari tim terindikasi hipothermia.
Hilangnya panas Tubuh
Hipothermia terjadi karena hilangnya panas tubuh, dan secara alami tubuh tidak mampu lagi memproduksi energi panas. Ada beberapa proses alami di alam bebas (dalam hal ini pembahasan hipothermia hanya dibatasi pada Gunung Hutan) yang membuat panas tubuh secara berangsur-angsur hilang, dan berakibat temperatur tubuh terus turun hingga berhenti pada satu titik (kematian). Proses hilangnya panas tubuh secara alami ini penting dipahami untuk dapat menghindari hipothermia sedini mungkin.

Hilangnya panas tubuh secara alami ini jarang sekali disadari oleh para pendaki gunung pemula, sementara hal ini merupakan faktor terburuk yang mempercepat terjadinya penurunan temperatur tubuh.
Prosentase terbesar hilangnya panas tubuh adalah melalui kepala, dan pernapasan, sementara komando untuk setiap gerakan tubuh kita ada didalam kepala. Kenyataan ini yang paling sering di abaikan, selain juga kekeliruan dalam berpakaian makin mempercepat hilangnya panas tubuh.
Pahamilah proses alami hilangnya panas tubuh yang terjadi saat kita berada di alam bebas, dan upaya pencegahan atau menguranginya
Lima proses alami hilangnya panas tubuh
Proses alami hilangnya panas tubuh Upaya Pencegahan
KonveksiUdara dingin atau angin dingin, kabut ataupun hujan disertai angin dingin menerpa permukaan tubuh secara langsung (pakaian yang dikenakan tidak mampu menahan terpaan angin dingin). Panas tubuh banyak terserap untuk menghangatkan permukaan kulit sehingga lama-kelamaan tubuh bagian dalam menjadi dingin.
Contoh sederhana: Kita menggunakan konveksi saat meniup makanan atau minuman panas untuk mendinginkannya, begitu juga angin dingin melakukan hal yang sama terhadap tubuh kita.
Hindari kontak secara langsung antara permukaan kulit dengan terpaan angin dingin. Cara termudah adalah dengan mengenakan pakaian berlapis. Upayakan lapis terluar mampu menahan terpaan angin dingin.selain itu perhatikan arah angin saat mendirikan shelter sebagai tempat untuk berlindung/bermalam.

KonduksiPengaliran panas dari tubuh melalui permukaan tubuh (kulit) saat bersentuhan atau kontak dengan permukaan benda yang dingin, seperti batu tempat kita duduk, tanah basah. Dalam hal ini panas tubuh mengalir keluar dari tubuh dan terserap benda yang dingin.
Hindari kontak secara langsung dengan benda-benda atau obyek yang dingin, gunakan sarung tangan (rajut wool) agar tidak terjadi kontak langsung. Sebaiknya gunakan alas (matras) apabila duduk diatas permukaan tanah basah, atau juga batuan yang dingin.

EvaporasiPenguapan dari permukaan tubuh yang basah, (keringat, ataupun pakaian basah yang kita kenakan). Evaporasi banyak membuang panas tubuh, selain juga cairan dalam tubuh terus berkurang karena penguapan. Bila tidak ada suply cairan sebagai pengganti kedalam tubuh dapat mengakibatkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan beresiko terhadap perkembangan hipothermia.
Kenakan pakaian berlapis dengan jenis serat terbuka, ini memungkinkan terjadi sirkulasi udara hingga keringat dapat menguap dengan cepat. Memakai pakaian 2 hingga 3 lapis akan lebih baik dibanding memakai 1 pakaian tebal, tapi udara tidak bisa bersirkulasi mengakibatkan pakaian menjadi basah karena keringat tidak bisa menguap.

RadiasiPanas tubuh dipancarkan keluar dari tubuh melalui kepala (karena temperatur lingkungan diluar tubuh lebih dingin dibanding tubuh).
Kenakan selalu tutup kepala (balaclava dari wool cukup baik untuk mengurangi radiasi). Sebaiknya Kenakan juga syal untuk melindungi leher.

RespirasiPanas tubuh hilang melalui proses pernapasan (saat bernapas di lingkungan yang dingin, hidung menghirup udara dingin dan menghembuskan [membuang] udara panas dari dalam tubuh).
Lindungi hidung agar tidak langsung menghirup udara dingin, hal ini dapat dilakukan menggunakan syal, atau mengenakan balaclava yang menutup hidung namun masih dapat bernapas dengan nyaman.

Menangani penderita Hipothermia di Gunung.Prinsip dasar untuk lepas dari hipothermia adalah berupaya menaikkan temperatur tubuh yang drop dengan melindungi tubuh dari terpaan angin dingin, mengganti semua pakaian yang basah dengan pakaian kering, selanjutnya mentransfer energi dan panas kedalam tubuh (melalui minum hangat, bubur hangat, alat pemanas) serta membuat lingkungan disekitar penderita menjadi hangat.Agar diperhatikan bahwa panas tubuh sebagian besar hilang melalui kepala (radiasi), dan pernapasan (respirasi). Selain melindungi kepala dengan mengenakan balaclava, letakkan syal terbuat dari wool diatas permukaan hidung agar saat bernapas tidak secara langsung menghirup udara dingin, tetapi jangan sekali-kali memblokir jalan pernapasan.Prosedur umum Penanganan secara teknis penderita hipothermia dilapangan. INGAT! Tangani penderita Hipothermia dengan lembut dan hati-hati!!!.
Segera lindungi penderita dari terpaan angin dan kontak langsung dengan benda yang dingin.
Segera pindahkan penderita dari lingkungan yang dingin kedalam shelter, atau tenda (gelar matras didalam shelter atau tenda agar tidak lagi terjadi konduksi – tubuh penderita dengan obyek dingin disekitarnya).
Ganti seluruh pakaian basah penderita dengan pakaian kering (sebaiknya pakai 2 hingga 3 lapis pakaian), termasuk kaos kaki dan sarung tangan.
Masukkan penderita kedalam sleeping bag kering yang diberi alas matras.
Apabila penderita masih sadar berikan minuman hangat dan manis (air putih hangat, coklat hangat, atau jahe hangat – tidak terlalu pedas) sedikit demi sedikit menggunakan sendok (sebaiknya tidak menggunakan sendok logam). Jangan sekali-kali memberi minuman yang mengandung alkohol, dan hindari memberi minum kopi atau teh.
Apabila tubuh penderita bisa menerima suplai air minum hangat melalui mulut, lanjutkan dengan memberi bubur hangat manis yang juga dimulai sedikit demi sedikit.
Apabila penderita masih sadar, mintalah ijin agar diperbolehkan mengukur temperatur tubuhnya selama treatment hipothermia.
Hangatkan lingkungan didalam shelter atau tenda dengan membuat bara dari arang agar penderita menghirup udara hangat (Catatan: arang yang berkualitas tinggi tidak akan ber asap dan berbau sehingga aman untuk digunakan didalam tenda).
Hangatkan penderita pada bagian tubuh tertentu yang efectif untuk menyebarkan panas ke dalam tubuh dengan menempatkan botol plastik yang diisi air panas dan dibungkus syal atau kain pada Sisi leher, kedua ketiak, dan kunci paha.
Jangan melakukan pemijitan/masase kepada penderita karena akan mempengaruhi aliran darah dalam tubuh, dan jangan meng-olesi tubuh penderita dengan balsem/minyak gosok.
Penanganan Moderate Hypothermia, dan Severe Hypothermia di alam bebas.Selain prosedur penanganan yang sudah disebutkan diatas, Penderita Moderate dan Severe Hypothermia memerlukan penanganan khusus, tetapi pada situasi darurat di ketinggian yang sunyi, terisolir dan sulit memperoleh tenaga ahli medis, selain juga memakan waktu untuk evakuasi, maka pilihan yang ada hanyalah tetap berupaya semaksimal mungkin menangani penderita walau temperatur tubuh penderita ternyata sudah berada dibawah 29° Celcius. Catatan untuk penderita Moderate dan Severe Hypothermia.
Baringkan penderita dengan posisi kaki lebih tinggi.
Lakukan semua prosedur umum penanganan hipothermia, kecuali memberikan suplai air dan makanan melalui mulut apabila penderita sudah tidak dapat memberikan respon, karena apapun yang masuk melalui mulut cenderung dimuntahkan kembali, dan kemungkinan menggangu saluran pernapasan (hidung) karena apa yang dimuntahkan juga akan keluar melalui kedua lubang hidung.
Lakukan monitoring intensif terhadap botol pemanas yang diletakkan dikedua sisi leher, ketiak, dan kunci paha. Ganti dengan air panas baru sebelum botol menjadi dingin. (Sebagai catatan: transfer panas secara fisik atau skin to skin pada penderita Moderate dan Severe Hypothermia tidak akan banyak berpengaruh terhadap temperatur tubuh).
Lakukan monitoring intensif terhadap denyut nadi dan napas penderita. Bila tidak ada lagi denyut napas dan jantung, lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) – Pemberian bantuan napas dari mulut ke mulut disertai kompresi (penekanan pada dinding dada). Sebagai catatan, jangan lakukan pernapasan dari mulut ke mulut apabila penderita mengalami patah tulang disekitar kepala dan leher. Dan jangan lakukan kompresi apabila penderita menderita patah tulang dada (iga) – (Catatan: Disarankan tenaga medis terlatih yang melakukan RJP).
Apabila sarana transportasi dan waktu tempuh memungkinkan, dan tidak akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan hipothermia, secepatnya evakuasi penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan yang intensif.
Mengukur temperatur tubuh penderita hipothermiaUntuk mengukur temperatur tubuh penderita hipothermia, letakkan thermometer pada ketiak (apabila memungkinkan, letakkan thermometer dibawah lidah penderita) selama ± 2 menit, dan lakukan pengukuran secara berkala tiap 5 menit untuk melihat perubahan temperatur tubuh.Catatan:Pengukuran temperatur tubuh penderita hipothermia yang paling efectif adalah melalui anus (thermometer di masukkan kedalam lubang anus yang sebelumnya beri pelumas terlebih dulu – tenaga medis terlatih yang melakukannya).
Jangan – mengukur temperatur tubuh penderita apabila sedang keras kepala dan tidak memperdulikan lingkungannya.
Awasi penderita yang keras kepala, karena tindakan-tindakannya yang aneh kadang berpotensi membahayakan diri sendiri atau tim.

Persenjatai diri untuk menghadapi Hipothermia
Apa yang ditulis dibawah ini hanyalah pengulangan dari “Pengetahuan Perlengkapan, Pakaian, dan Makanan Gunung Hutan” yang kadang kita abaikan karena nyentrik, dan untuk jenis makanan tidak berbau seni masak-memasak seperti saat kita kemping bersama keluarga. Memang makanan yang diperlukan untuk sebuah perjalanan gunung hutan pilihannya hanyalah dapat menunjang ketahanan tubuh kita, serta dapat mempertahankan panas tubuh, bukan kita memindah warung makan dengan berbagai pilihan menu ke sebuah ketinggian yang sunyi.
Untuk menghindari ancaman hipothermia, beberapa perlengkapan sederhana dibawah ini sebaiknya dipertimbangkan untuk selalu menemani saat “ngaprak” atau “mblakrak” di alam bebas, terutama saat mendaki gunung.
Untuk efectifitas didalam situasi darurat, bawalah selalu thermos berisi air panas yang isinya selalu siap digunakan sewaktu-waktu, tapi bukan berarti kita lalu main sambar thermos yang ada di dapur untuk dibawa ke gunung. Dalam situasi darurat digunung, seperti terserang badai, atau menunggu hujan di dalam bivak, kita harus mempertahankan panas tubuh kita dengan meminum sedikit demi sedikit air hangat, dan makanan dengan karbohidrat tinggi yang dapat dirubah dengan cepat oleh tubuh menjadi energi (misal biskuit manis) yang akan berasa nikmat bila dicelupkan ke dalam minuman coklat hangat, dan tidak perlu menunggu dengan memasak air terlebih dahulu.
Biasanya saat tubuh kita sedang menggigil rasanya malas mengeluarkan kompor dan perlengkapan lain dari dalam backpack untuk melindungi diri dari serangan udara dingin, umumnya kita lebih sibuk menggigil dari pada bertindak yang seharusnya (bukan berarti kita tidak memerlukan kompor praktis untuk memasak air atau menghangatkan makanan, membuat bubur havermout). Sebisa mungkin masukkan thermos air panas dalam daftar perlengkapan pribadi.
Sebagai catatan penting, jangan bertindak gegabah dengan meneguk minuman beralkohol karena selain hanya memberi kehangatan semu sesaat, berikutnya setelah pengaruh alkohol berangsur hilang, berangsur pula darah menjadi dingin hingga mempengaruhi stabilitas aliran darah didalam tubuh. Bukannya membantu memperkuat pertahanan tubuh, tapi membantu memudahkan hipothermia menyerang dan menghabisi kita. Lebih jauh lagi kalau kita kebablasan dalam menenggak minuman beralkohol diketinggian akhirnya kita sulit mengontrol diri, bisa-bisa jurang yang tidak kelihatan dasarnya, kita anggap kolam renang air panas alami, menggiurkan untuk diterjuni.
Makanan – Sebaiknya jangan mempersulit diri dengan membawa makanan-makanan yang memerlukan waktu lama dalam memasaknya, memerlukan banyak air, dan boros bahan bakar sementara kita berada dikawasan yang semuanya serba sulit, dan terbatas.
Sebelum menentukan makanan apa yang akan dibawa sebaiknya perhitungkan kebutuhan kalori perhari yang harus dipenuhi oleh makanan, selanjutnya pilih jenis makanan, dan buat menu harian.
Ada beberapa jenis makanan yang patut dipertimbangkan, selain dapat memenuhi kebutuhan kalori, cepat disajikan dan tidak boros air serta bahan bakar, seperti: Bubur Balita, Havermouth, moesly, biskuit manis, permen coklat batangan, permen manis, kismis, kurma kering, buah-buah yang dikeringkan, dan coklat meses (untuk dicampurkan kedalam bubur balita ataupun havermouth), seven ocean (roti survival), biskuit coklat manis.
(catatan: makanan berkalori tinggi yang telah disebutkan tersebut dapat menjadi petaka apabila dikonsumsi sehari-hari, terutama bagi para penderita hipertensi, dan kolesterol tinggi.)
Untuk makanan berbumbu yang dapat membangkitkan selera makan, kita bisa memilih mi instan yang hanya perlu diseduh air panas (catatan: ini bukan makanan utama, hanya pembangkit selera).
Satu hal yang agak sulit adalah membiasakan diri memakan makanan seperti disebutkan diatas dan menjadikannya sebagai santapan sehari-hari selama beroperasi di gunung. Beberapa jenis makanan memang tidaklah murah, tapi perlu dipertimbangkan harga makanan dibanding nyawa yang tidak bisa diukur dengan nilai uang.
Lindungilah kepala! – Kepala merupakan bagian terpenting dari tubuh dimana otak merupakan pusat syaraf yang mengendalikan gerakan-gerakan tubuh, dan perlu diingat, panas tubuh sebagian besar hilang melalui kepala (radiasi), dan pernapasan (respirasi).
Pakailah selalu penutup kepala untuk menghindari hilangnya panas tubuh karena radiasi. Untuk perjalanan di daerah dingin, balaclava terbuat dari wool merupakan pilihan terbaik karena melindungi hampir seluruh kepala, bahkan juga hidung. Selain melindungi kepala agar tetap hangat, udara yang dihirup saat bernapas juga terfilter oleh wool sehingga menjadi hangat.
Pakaian – Memilih pakaian untuk bertualang di gunung lebih ditekankan pada fungsi pakaian untuk dapat mempertahankan panas tubuh dan melindungi tubuh dari terpaan angin dingin. Pakailah pakaian berlapis (2 atau 3 lapis). Pakaian berlapis memungkinkan udara panas tetap berada diantara lapisan pakaian.
Lapis pertama memungkinkan kulit leluasa bernapas sehingga keringat tidak terperangkap diantara permukaan kulit dan pakaian. Selain juga cepat kering (tidak menyerap air). Material seperti sutra berserat kasar adalah salah satu pilihan terbaik sebagai pakaian lapis pertama karena cepat menguapkan keringat dan kain tidak menjadi basah seperti katun (pakaian untuk lapis pertama ini dikenal dengan nama “”long johns”" berupa celana panjang dan kaos lengan panjang). Tentunya banyak jenis material lain yang harganya jauh lebih terjangkau.
Lapis Kedua dapat menyerap penguapan tapi tidak menghilangkan panas yang ada. Material dari wool sangat baik untuk dipakai (contoh: sweater wool) karena wool akan tetap terasa hangat walau basah.
Lapis Ketiga, sebaiknya berupa jacket yang handal dalam menahan angin dingin, dan anti air, serta dapat menjaga agar panas tidak hilang.
Sebagai catatan, jangan memakai pakaian sempit hingga gerakan menjadi tidak nyaman. Dan bawalah selalu pakaian cadangan saat bertualang di gunung.
Sarung tangan & kaos kaki – Untuk menghindari kontak langsung dengan benda-benda dingin saat berjalan, juga untuk tidur, pakailah sarung tangan (rajut wool), yang biarpun bagian luar basah karena sering bersentuhan benda dingin/basah, namun tetap hangat dibagian dalam. Sebaiknya untuk pergerakan didaerah gunung yang dingin jangan memakai kaos kaki katun. Kaos kaki panjang model pemain sepak bola cukup baik digunakan. Bawalah kaos kaki cadangan untuk pergerakan, dan khusus untuk tidur (bermalam).
Sleeping bag – Pilihlah sleeping bag yang apabila kita berada didalamnya, udara tetap dapat bersirkulasi (tidak terperangkap dalam sleeping bag). Selain itu bawa serta matras jenis karet yang banyak dijual di toko-toko outdoor yang digunakan sebagai alas dari sleeping bag. Penting untuk selalu membawa matras untuk menghindari terjadinya konduksi saat kita harus bersentuhan dengan tanah atau batu (beristirahat ditengah perjalanan).
Catatan: bungkus selalu sleeping bag dalam kantong plastik, menjaga agar tetap kering dan hangat.
Tenda – Perlu dipertimbangkan dalam memilih tenda agar – dapat menahan angin, hujan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, praktis dan cepat dalam mendirikannya serta dapat didirikan tanpa harus memakai patok, tidak mudah roboh, dan ergonomis tidak seperti layar yang menghadang angin. Cukup leluasa didalam tenda bukan berarti tenda harus besar, selain itu tenda juga dilengkapi dengan lapisan anti air.
Kompor & penghangat – Pemilihan kompor berdasarkan medan jelajah, dan lama operasi, berat dari kompor dan bahan bakar, selain juga kepraktisan. Disamping itu pemilihan juga didasarkan atas pengalaman masing-masing orang, karena tiap jenis kompor memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain kompor bawa juga beberapa batang lilin, dan korek api anti air. Selanjutnya untuk peralatan masak, pilihlah yang praktis dan tidak memberatkan.
Perlu dipikirkan juga untuk membawa penghangat didalam tenda yang tidak berbau sehingga mengganggu pernapasan (bawalah beberapa buah arang briket berkualitas yang dapat digunakan sebagai penghangat didalam tenda).
Sepatu – Pilih sepatu yang dapat melindungi mata kaki dan bergerigi pada sol nya. Jangan letakkan sepatu diluar tenda tanpa membungkusnya dengan pembungkus dari bahan anti air karena biarpun tidak hujan, sepatu akan menjadi dingin dan basah oleh kabut dan embun.
Beberapa perlengkapan yang sudah disebutkan sebatas alternatif pilihan untuk mencegah agar kita terhindar dari serangan hipothermia saat bertualang di gunung. Dalam hal ini tidak ada pembahasan secara detail mengenai perlengkapan, pakaian, dan makanan, karena kita dapat mempelajari sendiri pengetahuan yang lengkap mengenai perlengkapan, pakaian dan makanan diluar tulisan ini.
Penutup
Hipothermia merupakan “silent killer” yang kadang tidak kita sadari kedatangannya (sementara kita diam membisu dan menganggap bahwa ditempat dingin pasti menggigil dan itu hal biasa, padahal tubuh kita tengah berperang mati-matian melawannya).
Begitu banyak pendaki gunung yang tidak tertarik untuk memahami hipothermia yang sungguh sangat berbahaya. Perhatikan saat hipothermia mulai menyerang, dimana tubuh penderita mulai merasa kedinginan, dan menggigil, sementara teman lainnya mungkin belum begitu merasakannya. Dan begitu temperatur tubuh berangsur turun, kemampuan berpikir rasional dan membuat keputusan dengan benar menghilang. Tahap berikutnya mungkin penderita berhenti menggigil, atau menggigil hebat, dan mulai mengigau, proses berpikir melambat, dan seperti kesulitan bernapas.
Agar dimengerti bahwa Hipothermia menyerang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih, dan tanpa pengecualian. Tidak perduli dia pendaki berpengalaman, senior dalam masalah medis, atau manusia tanpa dosa. Siapa lengah, dia di serang.
Pertolongan seperti apa yang segera harus dilakukan tanpa membuat penderita ikut menjadi panik? Dan bagaimana kalau situasi seperti itu ternyata menimpa diri kita? Relakah kita mempercayai teman, bahkan diri sendiri bahwa kita terserang hipothermia, dan memerlukan pertolongan?.
Ada perumpamaan tentang hipothermia yang saya kutip dari sebuah film “”How to Survive”". Perumpamaan yang menarik ini mengatakan: “”Tewas karena hipothermia bisa diibaratkan seperti lampu-lampu yang dipadamkan satu persatu sampai akhirnya gelap total.>
Tulisan yang merupakan pengulangan dari sekian ribu tulisan sejenis ini tak lain dimaksudkan agar kita semua menghargai nyawa kita dengan bersikap dan berperilaku tidak gegabah terhadap alam bebas, dan mempersiapkan diri sebelum pergi berpetualang hingga nantinya tidak membuat malu diri sendiri atau lebih tragis lagi membuat sedih orang-orang yang ditinggalkannya.
Catatan Penting:
Penting bagi para pendaki gunung, terutama tim SAR yang dalam hal ini unit-unit pencari untuk memperlengkapi tim dengan thermometer hipothermia (skala temperatur hingga dibawah 25°C, tapi bukan thermometer ruang). Dengan adanya thermometer maka saat subyek ditemukan lalu distabilkan, segera dapat diketahui temperatur tubuh subyek, yang artinya diketahui pula tahap hipothermia apabila memang temperatur tubuhnya drop. Diharapkan penanganan terhadap hipothermia akan menjadi lebih efectif, karena perkembangan hipothermia yang diderita subyek akan terkontrol dengan pemeriksaan temperatur tubuh secara berkala.


seputar tenda 02



DAFTAR TENDA TERBAIK

Tenda gunung terbaik kapasitas dua orang
* The North Face Mtn-24
Tenda gunung terbaik kapasitas dua orang berharga di bawah 200
poundsterling
* Vango Hydra 200
Tenda ekspedisi terstabil kapasitas tiga orang
* Mountain Hardwear Trango Two
Tenda Pengendara sepeda terbaik kapasitas tiga orang
* Macpac Microlight
Tenda tim/grup terawet kapasitas tiga orang
* Vango Force Ten Mk4 Std
Shelter grup dalam keadaan darurat terbaik
* Conquest Refuge MK 11
Sumber: The Geographical, April 2000

Tips memilih tenda:
1. Tentukan tenda jenis apa yang Anda perlukan dan perkirakan berapa
kapasitas yang dibutuhkan.
2. Cari bahan tenda dengan bahan nylon pada bagian luarnya dan
berbahan katun pada bagian dalamnya.
3. Usahakan lapisan luar dan dalam tenda mempunyai jarak terpisah
yang jauh.
4. Carilah tenda yang mempunyai serambi pada bagian muka.

5. Carilah tenda yang memiliki dua pintu pada bagian sisinya.

6. Gunakan pasak tenda yang ringan dan kuat.

Tips mencari tempat untuk mendirikan tenda:
1. Tentukah arah mata angin, dan jangan taruh pintu tenda berlawanan
arah datang angin.
2. Buat sistem saluran air yang baik di sekeliling tenda.
3. Hindarkan berkemah di pinggir sungai, karena selain berisik dan
banyak binatang juga bisa berbahaya bila tiba-tiba air sungai
meluap.
4. Usahakan tenda tetap dalam kondisi bersih, karena kita pasti
ingin tempat istirahat yang nyaman.
5. Taruh kantung tempat tenda, pasak sisa dan tempatnya di bagian
dalam tenda, jadi bila pagi kita mencarinya akan mudah diketemukan.

Seputar Tenda – 01




Tempat Berlindung Terbaik di Alam Bebas

SALAH satu perangkat penting yang harus kita bawa bila berkegiatan di alam bebas adalah tempat berteduh yang cukup nyaman untuk melindungi badan dan barang kita dari air. Sekarang ada banyakjenis tenda dijual di pasaran yang bisa di bawa untuk menyamankan perjalanan kita.

SEMENJAK tenda pertama dikenalkan pada dekade tahun 1970-an, hampir semua tenda menggunakan desain tenda kubah (A-frame) dengan satu frame kaku di tengah tenda. Tetapi, sekarang kita akan sangat sulit menemukan tenda dengan jenis seperti tersebut di toko-toko peralatan alam bebas. Karena semenjak ditemukannya frame lentur yang
bisa di bengkokkan maka desain tenda juga berubah sesuai tuntutan zaman. Frame bersifat fleksibel membuat ruang yang tercipta di dalam tenda menjadi lebih luas, ada ruang beranda dan pintu masuk ke ruang utama yang cukup lebar dengan total berat yang lebih ringan.

Akan tetapi, dalam memilih tenda kita harus dihadapkan pada dua pertanyaan dasar: pada kondisi sesering apa tenda yang kita bawa akan kita gunakan dan berapa orang yang akan tidur di dalamnya.

Tidak mengejutkan bila ternyata tenda yang paling populer digunakan adalah tenda berkapasitas dua orang. Dengan desain yang lebih mungil dan dimensi yang lebih ringkas, tenda jenis ini juga sangat efisien dalam luas yang di perlukan juga ringan dibawa.

Tetapi, kadangkala kita menemukan tenda kapasitas dua orang ini bisa dimasuki lebih dari tiga orang maksimal empat orang. Jadi, jika kita merencanakan hidup di alam bebas lebih dari satu minggu kita harus mempertimbangkan kapasitas tenda lebih dari standar yang ada pada tenda.

Jujurlah pada diri Anda sendiri. Apabila Anda hanya ingin pergi berkemah ke gunung dengan keadaan suhu yang tidak terlalu ekstrem maka tidak perlulah membawa tenda yang di desain khusus untuk pergi ekspedisi ke K-2, karena selain mahal harganya juga desainnya terlalu berlebihan. Dan hal lain yang perlu dipikirkan juga, akan terasa lebih nyaman bila tenda yang kita bawa memiliki ruangan serambi di depan ruang utama yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bentuk tenda

Ada bermacam-macam bentuk tenda yang sekarang di jual bebas. Bentuk tenda yang berbagai macam tersebut ternyata juga memiliki penempatan yang berbeda pula. Bentuk tenda dome yang seperti bola terpotong setengah dan tenda berjenis tunnel (terowongan) bisa dibawa untuk kondisi berkemah sepanjang tahun di pegunungan-pegunungan tropis seperti di Indonesia. Sedangkan tenda dengan bentuk geodesic lebih diperuntukan untuk gunung-gunung salju dan ekspedisi-ekspedisi besar di Himalaya. Tenda jenis kubah (A-Frame) lebih baik dipergunakan untuk kondisi anggota tim berjumlah banyak. Jadi kembali ke pertanyaan pertama di atas kondisi seperti apa yang akan Anda hadapi di lapangan sangat berpengaruh pada jenis tenda yang akan Anda bawa.

Frame tenda merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan juga. Material yang digunakan sebagai bahan dasar frame tenda tergantung dari kondisi bagaimana yang akan dihadapi di lapangan. Frame dari bahan fibreglass berharga lebih murah tetapi cenderung merusak kain tenda dan mudah goyah bila terkena angin keras, juga mudah pecah. Tenda yang menggunakan frame jenis fibreglass ini sering kita temukan di tenda-tenda jenis dome dan tunnel yang diperuntukkan di gunung-gunung tropis. Frame aluminium mungkin merupakan alternatif yang lebih baik, karena berbahan dasar yang lebih awet dan lebih kuat dalam menghadapi cuaca buruk.

Bermalam di bawah nylon

Sebagian tenda yang diproduksi saat ini kebanyakan berbahan dasar nylon. Bahan dasar nylon yang ringan juga cepat kering serta lebih tahan lama dibandingkan bahan katun. Tetapi, kelemahannya bahan nylon sangat mudah rusak bila sering terkena sinar ultra violet dari Matahari. Sehingga banyak perusahaan industri ini yang berpikiran untuk melapis bahan tersebut dengan bahan lain untuk meminimalkan efek merusak dari sinar Matahari, tapi kenyataan yang ada di puncak gunung dengan sinar matahari yang langsung mengenai tenda tidak juga membuat bahan nylon yang didobel lebih tahan. Jadi lebih baik gunakan bahan pelapis yang murah tetapi tebal saja untuk melindungi tenda Anda dari sinar Matahari.

Tenda-tenda sekarang juga banyak yang dipadukan dengan katun di bagian dalamnya. Karena bahan katun dapat mengeluarkan uap panas tubuh dari dalam tenda ketimbang seluruh tenda yang berbahan dasar nylon. Jadi, bila bahan tenda Anda secara keseluruhan berbahan dasar nylon pastikan tenda tersebut memiliki sistem ventilasi yang baik, sebelum Anda merasa sangat gerah di dalamnya sepanjang malam.

Salah satu cara mudah untuk menjaga sistem ventilasi di tenda Anda adalah membuka pintu lebar-lebar. Lebih baik bila tenda Anda memiliki pintu di kedua sisinya yang diperuntukkan keluar dan masuknya udara. Membuka pintu tenda bisa jadi merupakan ide yang buruk bila ada binatang masuk ke dalam tenda. Tetapi, ini bisa diantisipasi bila pintu tenda anda memiliki pintu berbahan kelambu yang juga dapat di tutup mengikuti jahitan pintu tenda. Dan bahan kelambu ini harus dijahit pada bagian luar pintu tenda sehingga bila kita ingin membuka pintu tenda dari dalam tidak perlu dua kali bekerja.

Lapisan dasar tenda haruslah dijahit menyambung dengan bagian badan tenda. Ini untuk menghindarkan penghuni tenda mengalami basah pada waktu malam karena embun atau air. Banyak perusahaan kini menambal jahitan pada tenda dengan menggunakan tempelan seperti
isolasi (tape) untuk mencegah air masuk melalui lubang jahitan. Beberapa tenda tidak dilengkapi dengan tempelan tersebut, sehingga anda perlu untuk menempelkannya sendiri. Alas tenda dapat di buat dari bahan dasar nylon tebal seperti bahan neophrene dengan maksud untuk membuat tidur Anda senyaman mungkin. Tetapi, lebih baik belilah tenda dengan alas nylon tebal dan kemudian tambahkan bagian dasar tenda dengan plastik atau bagor untuk menjaga alas tenda dari guratan dan cabikan karena batu pepohonan kecil. Juga jangan lupa gunakan alas tidur seperti matras yang mudah dibawa agar istirahat kita lebih terasa nyaman.

dari beberapa infomsi !!


Senin, 22 Februari 2010

KLASIFIKASI PANJAT TEBING \m/


KLASIFIKASI PANJAT TEBING*

Pendakian tidak aman; itu berbahaya.Anda dapat membuatnya lebih aman, tapi Anda tidak dapat membuat aman.Dengan kesadaran ini fokus perhatian Anda secara efektifpada situasi dan konsekuensinya.Anda akan cenderung tidak merasa aman dan terlindungi,dan karena itu bertindak dengan cara-cara yang membuat Anda seaman mungkin

karena merasa aman dalam mendaki itu bahaya pikirkan semua berpikir sebelum bertindak

Free Climbing

Teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung mempengaruhi gerakan pemanjat / menambah ketinggian. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara bergiliran, leader (membuat jalur) dan belayer (pengaman).

Free Soloing

Merupakan bagian dari free climbing , tetapi pendaki menghadapi segala resiko seorang diri yang dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan hal ini seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk pergerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan baik tumpuan atau pegangan, sehingga hal ini biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui.

Artifisial Climbing

Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, karena sering sekali dihadapi medan yang kurang / tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai misalkan ada medan yang blank. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara leader dan belayer .

Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi dalam beberapa ketegori :

Gym Climbing

Pada tipe ini, belayer ada di bawah ( ground ) dengan tali dibelokan oleh sistem anchor (pullay atau carabiner) diatas climber. Jika climber jatuh maka berat climber tadi akan dibelokan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.

Top Roping

Pada tipe ini, belayer ada di atas ( top ) yang melakukan belay terhadap tali yang menuju climber ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika climber jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban).

Lead Climbing

Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer langsung ke climber . Pada saat climber mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) climber terus memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan climber akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia pasang. Terbagi 2 :

Sport Climbing

Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada Sport climbing rute yang dipanjat umumya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing).

Traditional / Trad / Adventure Climbing

Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad Climbing , dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua. Climber yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama.

Berdasarkan tingkat kesulitan, panjat tebing dapat dibagi dalam 2 kategori:

Crag Climbing , merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Single pitch climbing : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.

2. Multi pitch climbing : pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua ( second man )

Big Wall Climbing , merupakan jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari Crag Climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, makanan, perlengkapan tidur dll. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu :

1. Alpine System / Alpine Push / Siege Tactic. Dalam alpine push , pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.

2. Himalayan System / Himalayan Tactic. Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahat. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim

Perbedaan dari Alpine System dan Himalayan System adalah :

Alpine System

Himalayan System

1.

Alat yang digunakan lebih sedikit

1.

Alat yang dibutuhkan lebih banyak dan waktu pemanjatan lebih lama

2.

Waktu istirahat sedikit

2.

Waktu istirahat banyak

3.

Perlu load carry

3.

Tidak memerlukan load carry

4.

Pendakian berhasil ketika seluruh tim berhasil

4.

Pendakian sudah dikatakan berhasil ketika salah satu anggota tim berhasil

GRADING SYSTEM

Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000 tidak akan dapat mengikuti turnamen tingkat Gand Master. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Beberapa jenis pengukuran kesulitan tebing :

French Grading System

Mengacu pada kesulitan saat pemanjatan dihitung berdasarkan pergerakan dan panjang / tinggi bidang panjat, ini berbeda dari kebanyakan cara penentuan tingkat kesulitan lainnya yg mengacu pada area tersulit ( single move ).
Tingkat kesulitan disini menggunakan nomerisasi yg dimulai dengan nomor 1 [very easy] dengann sistem terbuka yg memungkinkan penambahan huruf dibelakang angka, contoh : 1, 2, 4a, 4b, 7c, dst.. dan tambahan + dapat digunakan untuk tingkat kesulitan lebih. Banyak Negara-negara di eropa yg menggunakan sistem yg sama tapi tidak berarti dengan tingkat kesulitan yang sama pula.

Ewbank system

Digunakan di Australia, New Zealand, dan Afrika Selatan, dibuat pada masa pertengahan tahun 1960 oleh John Ewbank (John Ewbank juga mengembangkan open ended “M” system untuk aid climbing ). Numerical Ewbank dimulai dari angka 1 (di area tersebut kita dapat berjalan walaupun dalan teori) sampai angka 34.

Yosemite Decimal System

Digunakan di Amerika yg dengan cepat menyebar ke Canada dan daerah Amerka lainnya. Sistem ini mengacu pada 5 tingkat dibuat oleh Sierra Club :

- Kelas 1 Cross Country Hiking . Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki / menambah ketinggian.

- Kelas 2 Scrambling. Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.

- Kelas 3 Easy Climbing. Secara scrambling dengan bantuan , dasar teknik mendaki ( climbing ) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.

- Kelas 4 Rope Climbing with belaying . Belay (pengaman) dipasang pada anchor (titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman

- Kelas 5, dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), Semakin tinggi angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai sebagai pengaman.

- Kelas A. Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.

British Grading System

Untuk traditional climbing dalam teorinya ada 2 bagian : tingkat secara sifat & tingkat secara praktek. Untuk sport climbing menggunakan standar Franch Grading System yg biasa ditulis denga huruf “F” UIAA. UIAA Grading System merupakan standar internasional, system ini biasa dipakai di Jerman Barat, Australii dan Swiszerland. Penomerannya menggunakan angka romawi, dimulai dari angka I [easy] sampai X [hard] dengan penambahan + untuk tingkat kesulitan diatasnya, tingakt tersulit adalah XII.

Brazilian Grade System

Hmpir sama dengan French System , tapi dengan menerpkan penyesuaian grading 1 - 2sup [ very easy ], 3 - 5 [ easy ] dengan maksimum tingkat 12. penambahan “sup” ( superior ) digunakan untuk tingkat 1 - 6, dan French Standard “a”, “b” and “c” adalah penambahan untuk tingkat 7 - 12. 7a pada French System hampir sama dengan 8a pada Brazilian System .

Alaska Grading System

Tingkat kesulitan diukkur dari angka 1 - 6, dan mengacu pada factor kesulitan, tinggi dan or in difficulty, length, dan komitmen. Sistem ini pertama kali dikembangajn oleh Boyd N. Everett, Jr. pada tahun 1966.

- Alaska Grade 1 : Cimb requires one day only, no technical ( fifth-class ) climbing

- Alaska Grade 2 : Either a moderate fifth-class one-day climb, straightforward multiday nontechnical climb

- Alaska Grade 3 : Either a serious fith-class one-day climb, a multiday climb with some technical elements.

- Alaska Grade 4 : Multiday, moderately technical climb.

- Alaska Grade 5 : Multiday, highly technical climb.

- Alaska Grade 6 : Multiday, extremely technical climb.

Tanda plus (+) digunakan untuk tingat kesulitan lebih. Perlu di ingat pasa system ini kemungkinan tingkat kesulitan yg dimaksud adalah adanya pemanjatan pada salju atau glacier dan pada suhu dingin.

Alpine Grading System

Digunakan di New Zealand pada area pegunungan Alpine di sebelah selatan dan utara. Grading Gystem menggunakan open ended,dihitung berdasarkan Faktor penentu seperi : Techical Difficulty, Objective Danger, Length dan Access.

- Grade 1 – 3 : An easy scramble .

- Grade 4 – 6 : Technical climbing , must be able to place rock and ice gear quickly and efficiently. Often involves a long day.

- Grade 7 : Vertical ice / rock dimana mungkin tidak ada cukup pengaman / proteksi.


DARI BERBAGAI SUMBER !!


SLAMAT MENCOBA !!

SALAM LESTARI !!!

Sabtu, 20 Februari 2010

Vertical Caving, Single Rope Technique










Single Rope Technique (SRT) adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal. Berbagai sistem telah berkembang sesuai dengan kondisi medan di tempat lahirnya masing-masing metode. Namun yang paling banyak dipergunakan adalah Frog Rig System.

Teknik yang lain adalah: rope walker, Texas Rig, jumaring, Mitchele System, floating cam system.

Sistem frog rig menggunakan alat:

  1. Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di pinggang dan pangkal paha. Jenis-jenisnya adalah: bucklet, avantee, croll, rapid, dan fractio.
  2. Chest ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR.
  3. Hand ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di tangan. Di bagian bawah dipasang descender, tempat digantungkannya foot loop dan cows tail.
  4. Descender, dipergunakan untuk menuruni tali. Ada beberapa jenis descender: Capstand (ada dua macam: simple stop dan auto stop), whaletale, raple rack (ada dua macam: close rack dan open rack), figure of eight, dan beberapa jenis lagi yang prinsip kerjanya sama dengan figure of eight.
  5. Mailon rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu: Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop seat harness dan tempat mengkaitkan alat lain seperti descender berikut karabiner friksinya dan cowstail.
  6. Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat seperti gambar diatas. Hal ini sangat mengurangi kelelahan pada waktu ascending di pitc-pith yang panjang
  7. Cows tail, memiliki dua buat ekor. Satu terkait di hand ascender, dan satu lagi bebas, dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan intermediate, deviasi, melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.
  8. Chest harness,untuk melekatkan chest ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan tali. Chest harness lebih baik jika dapat diatur panjang pendeknya (adjustable), sehingga memudahkan pengoperasian, terutama apabila terjadi kasus dimana chest ascender terkunci di sambungan atau simpul, atau pada saat rescue.

SRT Set
(Gambar dari katalog Petzl )

Teknik-teknik yang harus dipelajari untuk SRT adalah ascending dan descending dengan penguasaan melewati jenis-jenis lintasan dan medan.



  • Melewati intermediate anchor
  • Melewati deviation anchor
  • Melewati sambungan tali
  • Melewati lintasan tyrolean, menggunakan satu tali dan dua tali.
  • Meniti tali dengan medan slope (miring)

  •  Ascending2
    Ascending
    ((Gambar dari katalog Petzl)
    Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki. Cara pertama adalah menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.

    Descending
    Descending
    (Gambar dari katalog Petzl )

    PERHATIAN:

  • Latihan ini harus dilakukan mengunakan peralatan yang mutu dan kekuatannya memenuhi standar
  • Latihan harus dibawah pengawasan oleh ahli.
  • Berlatihlah pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi.
  • Cegahlah latihan yang dapat merusakkan alat: membebani alat melebihi beban normal, beban dengan arah abnormal, menggunakan alat tidak sesuai dengan manual book-nya.
  • Latihan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat alternatif, harus masih dalam tingkat aman.
  • Pernah melakukan latihan teknik tertentu bukanlah jaminan bahwa kita sudah menguasai teknik tersebut.
  • Berlatihlah satu teknik sampai lancar tanpa hambatan dan kesalahan sebelum berlatih teknik yang lain.
  • Berlatihlah dengan selalu ditemani oleh orang lain yang juga memahami SRT.
  • Berniatlah berlatih untuk menolong orang lain dan diri sendiri.
  • Hindarilah terjadinya kecelakaan di gua untuk orang lain maupun diri sendiri.
  • Saya mempunyai teman yang takut ketinggian, namun akhirnya dapat mengalahkan rasa takut itu, dia sudah berani menuruni medan-medan vertikal dengan kedalaman 50 meter dalam berbagai medan. Namun harus dengan penyesuaian diri yang intensif dan sungguh-sungguh.
  • NAVIGASI DARAT

    Pengetahuan dasar Navigasi Darat

    Sebagai seorang pecinta alam atau orang yang gemar berpetualang, pengetahuan akan peta dan kompas sangatlah mutlak diperlukan. perjalanan ketempat yang jauh dan tidak dikenal akan terasa lebih mudah. Pengetahuan inipun juga berguna bila suatu saat kita diperlukan dalam suatu operasi SAR baik di gunung hutan maupun bencana alam lainnya Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya ataupun di peta. oleh sebab itu pemahaman teknik navigasi sangatlah diperlukan.


    PETA


    Peta Garis Kontur permukaan Bumi

    Peta TopoGrafi
    Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.




    Membaca Peta

    Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah menganalisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.

    Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.

    Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :

    Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah

    Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.

    Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:

    Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
    Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
    Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
    Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
    Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
    Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
    Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
    Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan

    KOMPAS


    Digunakan untuk petunjuk arah

    Kompas
    Kompas adalah alat penunjuk arah, yang jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis).

    Secara fisik, kompas terdiri dari :

    Badan, tempat komponen lainnya berada Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.

    Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.

    kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat

    Jenis Kompas

    Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.




    TEKNIK PETA-KOMPAS



    Orientasi Peta


    Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta.

    Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:

    Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.

    Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar

    Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya

    Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

    Resection

    Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan terlihat dengan jelas).

    Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.








    Langkah-langkah melakukan resection :

    1. Lakukan orientasi peta
    2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
    3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
    4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik.
    5. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
    6. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya.
    7. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
    8. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

    Intersection

    Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta.

    Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.




    Langkah-langkah melakukan intersection :

    1. Lakukan orientasi peta
    2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
    3. Bidik obyek yang kita amati
    4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
    5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
    6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

    Azimuth - Back Azimuth

    Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth.

    Dalam navigasi, back azimuth diperoleh dengan cara:

    Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º

    Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º

    Menentukan Arah Tanpa Kompas

    Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menentukan arah apabila kompas tidak tersedia atau rusak:

    Dengan tanda-tanda alam

    Misalnya:

    kuburan islam menghadap utara

    masjid menghadap kiblat (barat laut)

    bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur. Karena sinar matahari yang belum terik pada pagi hari

    Dengan Perbintangan Perhatikan arah bulan,bintang dan matahari yang terbit di timur dan terbenam di barat perhatikan rasi bintang Crux (bintang salib atu gubuk penceng) perpanjangan arah diagonal yang memotong horison dari tempat kita adalah Selatan

    selamat mencoba semoga bermanfaat !!!!
    good luck !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Fall Factor and Shock Load


    Dalam situasi vertical, dengan menggunakan tali dinamis, jarak jatuh tidak pernah menjadi factor penentu (dalam arti secara aspek psikologis), tetapi perbandingan (rasio) ketinggian saat jatuh dengan panjang tali yang digunakan pada saat itu (panjang tali yang memisahkan antara pemanjat dengan belayer). Perbandingan (rasio) itu disebut sebagai fall factor. Dengan adanya fall factor tersebut, membuat kita dapat memprediksikan kekuatan benturan yang di sebabkan jatuhnya seorang pemanjat.
    Dalam pemanjatan, fall factor tertinggi memiliki nilai 2, karena tidak mungkin seorang pemanjat jatuh melebihi 2 kali panjang tali yang di gunakan. Hal tersebut merupakan asumsi dasar yang harus di pahami dan semua rangkaian elemen yang di gunakan untuk membelay (tali, karabiner, point anchor,...) di buat, di desain dan di jamin berdasarkan nilai fall factor terbesar tersebut.
    Ternyata nilai fall factor 2 menghasilkan daya benturan terbesar pada pemanjat yang jatuh, dan daya benturan ini identik dengan yang di terima oleh point anchor. Jika di gunakan running belay maka fall factor akan di reduksi demikian juga dengan daya benturan yang di terima oleh pemanjat. Namun perlu dicatat, bahwa running belay dapat menjadi subyek utama yang dapat menggandakan daya benturan bagi pemanjat.
    Hal yang belum dapat di jelaskan adalah seberapa besar energi yang di distribusikan oleh fall factor terhadap pemanjat, belayer dan berbagai komponen yang digunakan saat jatuh.
    Shock Load (Beban kejut) di tentukan oleh 3 Faktor yaitu sifat dasar tali, Fall factor, Massa atau beban objek. Massa/beban objek, (dalam hal ini adalah anda) Ternyata, hanya sebagian dari factor-faktor ini yang dapat mereduksi gaya yang timbul saat jatuh, yaitu faktor kelenturan tali. Jadi system keamanan pemanjatan di tentukan oleh kualitas daya serap beban (shock absorbing quality) yang di miliki oleh tali dinamis.
    Kemampuan tali dinamis dalam menyerap beban kejut melindungi pemanjat dari efek yang di timbulkan saat jatuh, dan mereduksi adanya kesalahan pada system yang digunakan. Kenyataannya, tali dinamis merupakan satu-satunya tali yang memberikan kelebihan tersebut pada saat di gunakan pada semua system. Tali dinamis di desain bagi pemanjat (80 kg) untuk menerima beban dalam kasus fall terburuk sekalipun (fall factor 2) hingga 12 kN, sehingga "waktu istirahat" untuk penggunaannya dapat di tentukan dengan mengetahui kekuatan maksimumnya.
    Lebih panjang tali berarti lebih besar tingkat kelenturannya untuk menyerap beban kejut yang di sebabkan oleh fall. Hal ini menjelaskan kenapa jatuh 4 meter dan 20 meter dengan fall factor 2 menghasilkan beban kejut yang sama, yaitu 19 kN, dengan asumsi tali dinamis yang di gunakan sesuai dengan standart UIAA. Apa yang terjadi merupakan penambahan jarak fall (dan beban kejut yang besar berkurang karenanya) yang di kompensasikan dengan panjang tali yang ada.

    PRA PELAKSANAAN EXPEDISI ....


    1. Informasi
    Pada pencarian informasi ini ialah informasi lengkap tentang lokasi yang akan di jadikan tempat dilakukannnya ekspedisi. Pencarian informasi diantaranya melalui studi literatur terhadap buku-buku petualangan ataupun laporan-laporan penelitian suatu daerah yang mungkin berpotensi untuk di jadikan obyek ekspedisi. Pencarian informasi dan wawancara kepada organisasi-organisasi pecinta alam baik di daerah sendiri maupun organisasi pecinta alam di sekitar lokasi kegiatan dan sebagainya. Dalam pencarian informasi ke Instansi pemerintah ini mungkin mempunyai nilai jual terhadap hasil Ekspedisi kita berupa laporan penelitian. (kalau bertujuan untuk pengembangan daerah dan melakukan penelitian) atau bila di mungkinkan lokasi kegiatan merupakan zona larangan bagi masyarakat umum. Dalam hal ini, pencarian tidak terbatas pada data lokasi, tetapi perlu juga informasi tentang karakteristik masyarakat meliputi sosial dan budaya.Informasi yang perlu disini ialah :
    a. Basecamp terdekat
    b. Konsumsi
    c. Komunikasi
    d. Transportasi
    e. Dan informasi perkiraan biaya yang akan dikeluarkan
    f. Informasi tentang pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit yang terdekat.

    2. Pembentukan kepanitiaan
    Sudah sewajarnya bahwa suatu kegiatan besar pasti akan memerlukan sumberdaya yang besar pula, begitu juga halnya dengan suatu kegiatan ekspedisi praktis akan membutuhkan sumber daya manusia sebgai elemen-elemen pendukung dalam kegiatan ini yang tergabung dalam sutu kepanitiaan. Berhasil atau tidaknya suatu ekspedisi termasuk juga pengaruh dari suatu kepanitiaan. Maka dari itu dalam hal rekruitmen orang-orang yang akan di dudukkan dalam kepanitiaan haruslah sadar dan mengerti benar akan tugas dan kewajibannya serta mengerti apa tujuan di adakannya ekspedisi itu. Banyak kegiatan yang tidak mencapai target yang diharapkan akibat kepanitiaan yang tidak berjalan dengan semestinya, dan untuk kelancaran kepaniataan tersebut sebaiknyalah ketua penitia melalui pendekatan-pendekatan pribadi terlebih dahulu kepada orang yang akan mengemban tugas yang akan diberikan dan dalam hal ini juga ketua panitia harus mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi anggotanya.

    3. Pembuatan proposal
    Proposal adalah rencana kegiatan yang menggambarkan proses dan tahapan suatu kegiatan dalam bentuk perencanaan yang menyeluruh. Perencanaan disini menggambarkan apa bentuk kegiatan, nama kegiatan, kapan kegiatan berlangsung, dan siapa yang mengadakan kegiatan. Jadi secara konkrit bahwa proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematik dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat format.
    Dalam hal ini proposal terbagi tiga, yaitu :
    a. Proyek Proposal.
    Adalah yang menggambarkan rangkaian kegiatan secara menyeluruh, artinya proposal ini meyakinkan pembaca akan kegiatan yang akan dilakukan, yang berkegunaan untuk kepentingan administrasi, perizinan, publikasi, perencanaan dan sebagainya yang bersifat administratif.
    b. Proposal kontraprestasi sponsor
    Proposal yang menggambarkan kepada perusahaan sponsor kegiatan yang akan dilakukan sehingga perusahaan sponsor yakin akan kegiatan kita. Dimana perusahaan sponsor tersebut mendapatkan kontraprestasi atau imbal balik dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebagai contoh dalam ekspedisi penelusuran gua, nama atau produk perusahaan yang menjadi sponsor akan menjadi label atau logo pada baju atlit, topi atau spanduk rentang.
    c. Proposal penelitian
    Proposal penelitian ini ditujukan ke Instansi Pemerintah seperti KSDA dan Instansi yang mungkin berterkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan, seperti Dinas pertambangan dan Energi yang mempunyai nilai jual terhadap hasil ekspedisi. Seperti proposal penelitian kualitas air yang nantinya hasil dari penelitian tersebut mungkin mendapat respon dari Dinas pertambangan dan Energi yang pada akhirnya nanti kalau memang debit air yang terdapat pada aliran sungai bawah tanah mencukupi standart untuk di jadikan pembangkit tenaga listrik, maka akan sangat berguna bagi masyarakat sekitar, karena susahnya mendapatkan air di kawasan karst. Sebaiknya pula sebelum menawarkan sutu proposal kepada satu perusahaan atau instansi yang akan dimasukkan proposal harus melalui pendekatan-pendekatan terlebih dahulu kepada pihak perusahaan atau instansi.

    4. Presentasi awal
    Tentunya setiap orang atau organisasi tidak menginginkan pekerjaan yang tanpa hasil, maka dari itu sebelum melangkah lebih jauh sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pemberitahuan kelayakan kegiatan yang akan dilakukan dalam bentuk presentasi awal kepada anggota dan kepada pihak-pihak yang berpotensi menjadi sponsor penyandang dana ekspedisi.

    5. Publikasi
    Dalam pendaan ekspedisi publikasi ekspedisi sangatlah penting dilakukan sebagai sarana untuk menyebarluaskan/menginformasikan kegiatan yang akan, sedang, dan telah kita lakkan dan memberikan informasi kepada mereka yang terlibat atau mendukung ekspedisi terbut, ini akan membawa dampak yang sangat baik terhadap nilai ekspedisi juga bisa menaikkan negosiasi kepada pihak sponsor. Sementara dilihat dari sasarannya, publikasi dapat dikelompokkan dalam dua bagian :
    a. Intern/ Kelompok dalam
    Pada kelompok ini termasuk didalamnya adalah organisasi yang bersangkutan, Universitas/Sekolah/ Lembaga yang menaunginya, keluarga peserta ekspedisi.
    b. Ekstern/ Kelompok luar
    Sementara pada elompok ini terdapat masyarakat/ Organisasi lain yang berhubungan/ Sejenis/ Berterkaitan. Misalnya Sponsor, Kelompok pecinta alam lain, Lembaga Swadaya Masyarakat lain, dsb.
    Sedangkan untuk sarana publikasi yang dapat digunakan, saat ini sudah banyak dan beragam, dimana sarana informsi massa berkembang dengan pesatnya. Seperti Majalah, Surat kabar, Stasiun Televisi, Media Internet dan lain-lain. Dan sarana publikasi lain seperti Spanduk, Poster, Baliho, umbul-umbul, serta yang sangat sering dilakukan ialah presentasi atau laporan person to person.

    6. Pembuatan rencana kegiatan
    Ada orang bilang bahwa 50 % keberhasilan suatu kegiatan ditentukan oleh pekerjaan diatas meja/ paper work. Memang pasti membosankan, tapi sebaiknya dikerjakan, melihat besarnya kemungkinan keberhasilan yang bisa didapat dari kegiatan tersebut.
    Dalam pembuatan ROP kita harus mengetahui Jenis kegiatan apa yang akan dilakukan. Semua kegiatan alam terbuka yang kita lakukan haruslah terfokus, artinya kita mengetahui apa yang akan kita lakukan. Selain itu lokasi yang dituju haruslah kita kenali dahulu, meskipun itu hanya berdasarkan informasi. Manfaatkan semua akses dan fasilitas informasi semaksimal mungkin. bisa diumpamakan sebelum kita kesana kita sudah merasa disana.
    Dalam menuju suatu kegiatan sangat perlu pengadaan target –target kapan selesainya perencanaan, kapan pelaksanaan. Dalam hal ini pembuatan rencana operasi perjalanan atau renca kegiatan sangat perlu di adakan dalam bentuk time schedule, dan skenario-skenario operasi.
    Dalam penyusunan rop kita tidak hanya terpaku pada informasi informasi yang didapatkan di sekitar daerah kita, alangkah baikanya penyusunan rop berdasarkan hasil dari team survey, agar sesuai dengan konsisi real nya di lapangan.

    7. Pengurusan perijinan
    Setelah ditentukannya tempat berkegiatan, maka untuk melegalkan suatu kegiatan yang kita lakukan perlulah kiranya mengurus suatu perijinan ke Instansi yang berwenang di daerah tempat berkegiatan atau pihak-pihak kepolisian setempat.

    8. Pencarian dana
    Usaha dana adalah suatu kegiatan yang mengolah, mengkoordinir, mengkontribusikan dan mengusahakan serta bertanggung jawab dalam pengadaan dana yang diperlukan dalam anggaran serta waktu yang ditentukan oleh target kepanitiaan demi terlaksananya kegiatan.
    Pengetahuan tentang usaha dana memang jarang dipelajari dalam suatu Organisasi pecinta alam, namun itu terbentuk dengan sendirinya dimana kita diharuskan untuk mencari dana dalam suatu kegiatan besar atsupun kecil.Dalam melakukan suatu kegiatan pendanaan/ Usaha dana kita harus mengetahui beberapa macam bentuk usaha dana yang cukup berpeluang besar untuk saat itu dan perlu kreatifitas untuk panitia itu sendiri. Usaha dana ini dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu penggalian dana ke pihak internal, misalnya pengadaan bazar, pameran, penjualan parsel dan even-even tertentu dan sebagainya.Sdangkan penggalian dana eksternal seperti sponsor, donatur, pihak-pihak terkait.

    8. Komunikasi dan transportasi
    a. Komunikasi
    Dalam pengelolaan suatu ekspedisi yang tak kalah pentingnya ialah pengaturan jaringan informasi lapangan, seperti menjalin hubungan dengan Instansi seperti RAPI,ORARI dan organisasi organisasi pencinta alam yang berada pada sekitar lokasi, nantinya ini akan mempermudah dalam sistem penanganan alur komunikasi lapangan sehingga didapatnya informasi lapangan yang valid, aktual, aman cepat dan murah. Dan dalam ekspedisi penelusuran gua ini perlu ada kesepakatan tentang komunikasi yang akan di pakai di lapangan pada saat pemanjatan, sebagai contoh akan menggunakan kode-kode tertentu seperti menggoyangkan tali apabila atlit membutuhkan bantuan.
    b.Transportasi
    Komunikasi dan transportasi erat kaitannya, karena sama-sama berfungsi sebagai penghubung. dan transportasi ini juga bisa sebagai media untuk komunikasi, tetapi dalam rencana pengaturan fungsi di lapangan, nantinya lebih pada arus pengangkutan personil dan logistik. Jadi dalam pengaturan transportasi harus se-efisien dan efektif mungkin mulai dari pemberangkatan atlit, pada saat di lapangan sampai dengan selesainya kegiatan.

    10. Survey
    Seperti kegiatan alam bebas yang lain, kegiatan panajt tebing juga merupakan kegiatan yang beresiko tinggi dimana kesalahan kecilpun yang kita buat bukan tidak mungkin nyawa akan menjadi taruhannya. Dimana segala keterampilan yang sudah dipersiapkan secara matangpun akan berantakan dan dalam sekejap mata kegiatan yang menyenangkan ini bisa berubah menjadi malapetaka. Makna dari kegiatan alam bebas ialah usaha untuk mensiasati kekuatan alam (bukan menaklukkan) menjadikannya sebagai kegiatan yang menyenangkan, namun sekali lagi ternyata alam memiliki kekuatan yang dahsyat yang bisa berubah seketika tanpa disadari oleh para penelusur ini sehingga melampaui batas kemampuan yang dimiliki.
    Karena adanya ketidakpastian di alam yang selalu berubah-ubah, satu cara yang baik dan sangat di anjurkan ialah dengan mengadakan survey ke lokasi, Dalam survey ini akan berterkaitan nantinya dengan :
    - Basecamp
    - Konsumsi
    - Komunikasi
    - Transportasi
    - Dan jalur Emergency apabila terjadi kecelakaan di lapangan
    - Dan hal hal penunjang kegiatan lainnya
    Dalam hal survey, sebagai contoh dalam ekspedisi pemanjatan selain tim survey mensurvey hal-hal diatas,Tim survey juga harus memastikan ketinggian tebing, jarak tebing dari pemukiman penduduk, jalur yang akan digunakan yang berbentuk sketsa jalur atau meenggunakan kamera, meliputi berapakah pitchnya, karakteristik batuaannya,.cacat batuan,bentuk muka tebing, kemiringan muka tebing, yang nanti larinya ke manjemen peralatan, danjuga harus dilaihat dari segi teknis untuk pemanjatannya nanti
    Hal ini dilakukan untuk nantinya mempermudah para atlit dalam memprediksi jalur yang akan di buat sebelum ke lapangan

    11. Emergency plan
    Banyak juga para penggiat Alam bebas yang kurang memperhatikan prosedur-prosedur darurat yang mesti dilakukan pada saat ada kecelakaan di lapangan.
    Bagan rencana jalur emergency di atas menunjukkan bahwa apabila terjadi kecelakaan dilapangan atlit maupun tim pendukung harus melakukan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke base camp, kemudian ke base camp bila memang masih sanggup melakukan pertolongan, setelah itu di bawa ke Puskesmas, apabila penangan pada tingkat kecamatan ini tidak sanggup maka harus di bawa ke Rumah Saki Umum Daerah, dan apabila memang masih membutuhkan perwatan yang lebih intensif maka di bawa ke Rumah Sakit untuk tingkat Propinsi.

    12. Tim pendukung
    Sudah sewajarnyalah bahwa setiap kegiatan, satu tim yang sangat di perlukan untuk kelancaran kegiatan ialah tim pendukug. Tim pendukung ialah orang-orang yang pada opersionalnya di lapangan memegang peranan dalam hal dukungan atau tenaga yang selalu siap bila diperlukan, tim pendukung ini harus di bentuk mengingat akan sangat sulitnya bila segala keseluruhan aktifitas di lapangan selalu di kerjakan oleh atlit. Tim pendukung juga bukan sebatas dari kepanitiaan saja , tetapi penduduk sekitar lokasi juga dalam hal ini yang siap membantu pada saat di butuhkan juga merupakan bagian daari tim pendukung